Skip to main content

ESSAY TENTANG SEJAUH MANAKAH PENDIDIKAN SAINS DALAM DIRI KITA?


Bisakah Kita Merubah Konsep Sains Menjadi Pembelajaran Menyenangkan?Kebanyakan orang secara umum menganggap sains hanya mengenai ilmu-ilmu alam saja. Sains di benak pemikiran anak-anak Indonesia merupakan ilmu-ilmu alam yang hanya bisa didapatkan di lembaga instansi pendidikan atau sekolah-sekolah dan ilmu tersebut sangat sulit untuk dipahami. Jika mendengar kata “sains” satu kata ringan tetapi membuat bising bagi orang ataupun siswa yang tidak suka dengan pelajaran sains. Jika melihat dari artinya, sains sebenarnya berarti ilmu-ilmu. Akan tetapi. Terlebih lagi jika dihubungkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang tertanam dalam benak siswa, ilmu alam merupakan ilmu kaku atau ilmu pasti yang tidak bisa dipahami banyak orang.
 Sumber: themanufacturer.com

Jika dihubungkan dengan tujuan pendidikan sains di Indonesia, pendidikan sains yang diajarkan di instansi pendidikan atau di sekolah bertujuan mengembangkan potensi siswa di bidang sains guna memanfaatkan dan mengembangkannya untuk kebermanfaatan umat. Hal tersebut berbalik dengan kebenaran yang ada di lapangan. Sebenarnya, ilmu alam tidak seperti yang siswa-siswa pikirkan, ilmu alam harusnya menjadi salah satu ilmu yang menarik untuk dikaji dan dikembangkan karena ilmu tersebut amat dekat dengan kehidupan manusia di samping adanya ilmu sosial yang mempelajari tentang kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.

Namun ironinya, pendidikan sains yang diajarkan tersebut hanya dapat ditangkap sebagaian kecil dari siswa saja. Memang, memahami konsep-konsep dasar pendidikan sains terasa sulit jika guru hanya menyampaikan konsep dengan gambaran angan-angan saja. Padahal, pada dasarnya sains ada yang bersifat “kasat mata” (visible) atau dapat dilihat dari fakta konkretnya, dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau “tidak kasat mata” (invisible) atau tidak dapat dilihat fakta konkretnya. Oleh karena itu, pendidikan sains memerlukan penyegaran dalam pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa karena tidak semua siswa yang belajar ilmu sains mempunyai daya tangkap pemahaman yang sama dengan latar keluarga, ekonomi, dan kebudayaan yang berbeda. Becermin pada permasalahan pendidikan sains yang ada di sekolah-sekolah, sebagian besar guru sudah berusaha untuk mengajarkan pendidikan sains dengan harapan detail hingga siswa memahami konsep-konsepnya.

Melihat pelaksanaan kurikulum 2013, dari awal siswa memasuki sekolah ke jenjang menengah atas sudah dihadapkan dengan pilihan peminatan. Ada peminatan Matematika dan Ilmu Alam (MIA) dan peminatan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS). Adanya peminatan siswa sejak awal masuk sekolah tersebut ditujukan supaya siswa dapat fokus dengan minat yang ingin ditekuninya. Semisal siswa yang minat pada bidang MIA, pelajaran wajibnya hanya mata pelajaran yang berhubungan dengan ilmu-ilmu MIA, sedangkan ilmu yang bersifat sosial hanya sebagai pilihan atau yang bisa dikelompokkan sebagai kelas Lintas Minat (LM) dan begitu juga sebaliknya.

Pada pembelajaran tersebut, guru hanya berceramah dan mendiktekan teori-teori sains yang diajarkan. Hakikatnya, pembelajaran sains memerlukan strategi pembelajaran yang bersifat ilmiah (membangun pemahaman siswa). Jika pembelajaran sains masih menggunakan metode yang sifatnya memberitahukan dan bukan membangun pemahaman siswa, memang benar adanya bahwa sains sulit untuk dipahami oleh siswa. Membangun pemahaman siswa haruslah melalui guru yang mengajar dengan memperhatikan hakikat pembelajaran. Hakikat pembelajaran merupakan proses pengembangan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan dan membangun pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan dan pengembangan yang baik terhadap materi sekolah (Isjoni dan Firdaus, 2008). Jika dilakukan intropeksi proses pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah, ternyata masih banyak praktik pembelajaran yang belum sesuai dengan prosedur kurikulum yang diharapkan oleh pemerintah. Sebagian besar cara pembelajaran sains masih bersifat TCL (Teacher Centered Learning).

Berikut beberapa contoh pengembangan pemahaman siswa mengenai sains yang dapat diambil dari kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran, guru dapat menganalogikan fenomena tersebut dengan diri manusia. Ingatkah dengan ilmuwan yang kejatuhan buah apel di bawah pohon apel? Dialah Newton. Newton sering disebut-sebut menemukan teori tentang gravitasi pertama kali melalui kejadian yang menimpanya, yaitu kejatuhan buah apel ketika ia duduk di bawah pohon. Memang keren Pak Newton ini, sampai-sampai hanya kejatuhan buah apel saja dipikirkan berapa gaya gravitasinya. Hal tersebut merupakan gambaran awal mengenai perkenalan Newton dan teori-teorinya. Newton tidak hanya mencetuskan mengenai teori gaya gravitasi saja, tetapi juga mengemukakan hukum-hukumnya mengenai gerak benda. Pastinya kita kenal dengan adanya hukum I, II, dan III Newton.

Hukum pertama Newton menyatakan “Setiap benda akan memiliki diam atau bergerak dengan kecepatan konstan kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut.” Mungkin sebagian besar siswa yang baru mendengar hukum I Newton ini akan bertanya-tanya mengenai maksudnya. Sebenarnya, makna dari hukum pertama tersebut yaitu sebuah benda yang sedang diam akan tetap diam kecuali ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya, dan sebuah benda yang sedang bergerak tidak akan berubah kecepatannya kecuali ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya.

Hukum I Newton tersebut dapat dianalogikan dengan yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang dalam keadaan diam dan tidak mau berusaha, keadaan dirinya pun tidak akan berubah. Seorang yang semula belum paham akan pelajaran sekolah, ketika ia terus membiarkan ketidakpahaman akan pelajaran tersebut, maka yang terjadi ia tidak akan bisa memahami pelajaran tersebut. Contoh lainnya ketika seseorang ingin kaya, tetapi ia tidak berusaha untuk bekerja mencari uang, maka ia tidak akan bisa kaya. Jadi, jika seseorang mau berusaha , ia akan mendapatkan hasil dari apa yang ia usahakan. Penganalogian yang dapat dibuat oleh diri sendiri maupun guru sebagi pendidik yang mengajarkan siswa tentang sains akan memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep sains yang telah diajarkan.

Pemahaman konsep sains yang benar dan pengetahuan tentang hakikat sains pada diri yang ada akan memudahkan tujuan pembelajaran yang telah diharapkan pemerintah. Dengan demikian, akan terbentuk proses pembelajaran yang berkarakter. Dengan adanya proses pendidikan yang berkarakter ini akan dapat membentuk pribadi siswa yang berkarakter pula.

Untuk perwujudan pendidikan sains yang sukses diperlukan aksi kontribusi yang besar dari tiap komponen pendidikan. Strategi pengajaran yang inovatif dan kreatif dengan memperhatikan kebutuhan siswa dalam pembelajaran sangat mendukung juga kesuksesan dalam proses pembelajaran. Semua itu seharusnya terangkum dalam sistem pendidikan yang rapi dan strategis guna mencapai terget tujuan pendidikan yang ada. Pembenahan sistem pendidikan yang ada terkhusus pada pembelajaran sains harus dibangun dengan pemahaman konsep sains yang benar. Adanya perbaikan serta pengoptimalan sistem pendidikan di Indonesia, semoga dapat membawa pendidikan Indonesia ke arah yang yang lebih baik dan berkarakter sebagai bangsa yang bermartabat.

Comments

Popular posts from this blog

ESSAY TENTANG FASILITAS BELAJAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Gambaran tentang Fasilitas Belajar Seberapa pentingnya fasilitas belajar dalam proses pembelajaran? Tidak dapat dipungkiri bahwa Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Untuk itu fasilitas belajar merupakan modal awal untuk mencerdaskan siswa dan sebagai pendorong motivasi dalam belajar. Menurut Popi Sopiatin (2010) Fasilitas belajar adalah merupakan sarana dan prasarana yang harus tersedia untuk melancarkan kegiatan pendidikan di sekolah. Sarana adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabotan yang secara langsung digunakan untuk proses pendidikan di sekolah, meliputi gedung, ruang belajar/kelas, media belajar, meja dan kursi. Sedangkan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, meliputi halaman sekolah, taman sekolah, dan jalan menuju ke sekolah. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar bermasud agar pengajaran kepada siswa dapatberjalan dengan lancar, teratur, ef...

Pendapat Tentang fasilitas belajar menentukan hasil belajar siswa?

Secara pribadi saya menyatakan bahwa pro terhadap fasilitas belajar menentukan hasil belajar siswa diawali dengan merujuk Popi Sopiatin (2010) yang menyatakan bahwa Fasilitas belajar adalah merupakan sarana dan prasarana yang harus tersedia untuk melancarkan kegiatan pendidikan di sekolah. Sarana adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabotan yang secara langsung digunakan untuk proses pendidikan di sekolah, meliputi gedung, ruang belajar/kelas, media belajar, meja dan kursi. Sedangkan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, meliputi halaman sekolah, taman sekolah, dan jalan menuju ke sekolah. Lebih luas fasilitas dpat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha yang dapat memudahkan dan melancarkan usaha ini dapat berupa benda maupun uang. Jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana (Arikunto, 2008). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fasili...

ESSAY TENTANG HOTS PADA PEMBELAJARAN ABAD 21

Pembelajaran sains pada abad 21 memiliki tujuan dengan karakteristik 4C, yaitu; Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, Creativity and Innovation . Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh lebih dari 250 peneliti dari 60 institusi dunia yang tergabung dalam ATC21S ( Assessment & Teaching of 21st Century Skills ) mengelompokkan kecakapan abad 21 dalam 4 kategori, salah satunya adalah berpikir kritis (ATC21S, 2013). Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan dalam menggunakan pikiran untuk mengekplorasi ide dalam memahami suatu permasalahan, mengambil keputusan, memecahkan masalah dan dapat mengevaluasi permasalahan pada proses berpikir sebelumnya. Sumber: http://www.leutikaprio.com/produk/10043/pendidikan/18011576/implementasi_higher_order_thinking_skills_hots_dalam_penilaian_kurikulum_2013/17128867/iis_suryatini_dan_anan_baehaqi Apabila kita tinjau dari tujuan pembelajaran 4C sangat baik jika dappat dilaksanakan dalam pembe...