Skip to main content

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KOLABORATIF


1.     Pembelajaran Kontektual
Riyanto, Y dalam Paradigma Baru Pembelajaran; sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembeajaran yang Efektif dan Berkualitas menjelaskan yaitu Model kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian
atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran. kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Indikator-indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh) questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,inkuiri, generalisasi) learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis) reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
Dampak pembelajaran dari model ini adalah: sikap positif terhadap belajar, pemahaman secara mendalam, keterampilan penerapan pengetahuan yang variatif. Dampak pengiringnya adalah: pengenalan jati diri, kebiasaan belajar dengan bekerja, perubahan paradigma, kebebasan, penumbuhan kecerdasan inter dan intrapersonal .
2.     Model Kolaboratif
Pada dasarnya pembelajaran kolaboratif merujuk pada suatu metode
pembelajaran dengan siswa dari tingkat performa yang berbeda belajar bersama dalam suatu kelompok kecil. Setiap Peserta Didik bertanggung jawab terhadap pembelajaran Peserta Didik yang lain, sehingga kesuksesan seorang siswa dapat membantu Peserta Didik lain untuk menjadi sukses.
Hampir sama dengan pengertian pembelajaran kolaboratif di atas, Sato (2007) menyebutkan pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompok, namun tujuannya bukan untuk mencapai kesatuan yang didapat melalui kegiatan kelompok, namun, para Peserta Didik dalam kelompok didorong untuk menemukan beragam pendapat atau pemikiran yang dikeluarkan oleh tiap individu dalam kelompok. Pembelajaran tidak terjadi dalam kesatuan, namun pembelajaran merupakan hasil dari keragaman atau perbedaan. Pembelajaran haruslah “melampaui batas dan melompat” melalui kolaborasi.
Dari pengertian pembelajaran kolaboratif tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa model pembelajaran kolaboratif adalah suatu model pembelajaran kelompok, dengan Peserta Didik dalam kelompok didorong untuk saling berinteraksi dan belajar bersama untuk meningkatkan pemahaman masing-masing. Alat yang digunakan untuk mendorong adanya interaksi tersebut adalah materi atau masalah yang menantang. Bentuk interaksi yang dimaksud adalah diskusi, saling bertanya dan menyampaikan pendapat.
Jika dicermati pengertian pembelajaran kolaboratif sebagaimana tersebut di atas, maka ada kalimat kunci yang terkandung di dalamnya, yaitu pentingnya interaksi diantara para peserta didik dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman masing-masing.
Ini berarti bahwa pada prinsipnya pembelajaran kolaboratif didasarkan pada filsafat konstruktivisme, khususnya konstruktivisme sosial dari Vygotsky, yaitu bahwa interaksi sosial memainkan peranan penting dalam perkembangan kognitif anak. Interaksi sosial dengan orang yang ada di sekitar anak
akan membangun ide baru dan mempercepat perkembangan intelektualnya.

Ada beberapa keunggulan yang dapat diperoleh melalui pembelajaran kolaborasi. Keunggulan-keunggulan pembelajaran kolaborasi yaitu berkenaan dengan: prestasi belajar lebih tinggi, pemahaman lebih mendalam, belajar lebih menyenangkan, mengembangkan keterampilan kepemimpinan, meningkatkan sikap positif, meningkatkan harga diri, belajar secara inklusif, merasa saling memiliki, dan mengembangkan keterampilan masa depan.

Comments

  1. Dari ringkasan diatas yang telah dihimpun dari berbagai sumber, ada hal yg perlu untuk di diskusikan
    1. Dimanakah kedudukan Model Kontekstual dan model kolaboratif dengan model-model lainya?
    2. Perbedaan pola sikap penerimaan terhadap materi yang disampaikan guru terhadap peserta didik sehingga memiliki keberagaman dalam berfikir, lantas jika dibenturkan dalam kondisi nyata maka Peserta didik memiliki beberagaman dalam penyelesaian, bagaimana sikap seorang guru memberikan inovasi dalam pembelajaran?
    3. Pada saat tertentu guru menggunakan model Kontekstual dan model kolaboratif secara bersamaan, jika itu terjadi kira-kira dapat dilaksankan pada materi apa saja?
    Terimakasih
    Agung Laksono

    ReplyDelete
  2. Assalamualikum wr,wb
    Saya mencoba menjawab pertanyaan no 2.
    Bagaimana guru memberikan inovasi dalam pembelajaran ?
    Anak didik itu mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing dalam menerima dan menyerap pembelajaran. Disaat peserta didik menerima materi yang diberikan pasti akan ada keberagaman dalam cara berpikir. Pada saat ini lah guru dituntut memiliki kemampuan dan mengwujudkan kualitas kepribadian dalam berinteraksi dengab lingkungan agar kebutuhan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Seorang guru itu harus bisa mengenali dulu bagiamana pola pikir anak didiknya, dengan begitu guru bisa memilih metode dan alat pembelajaran apa yg tepat untuk digunakan dalam pembelajaran.
    Terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimaksih atas informasi yang telah di berikan, dapatkah kiranya memberikan contoh materi yang memerlukan inovasi pembelajaran tersebut?

      Salam
      Agung Laksono

      Delete
    2. Baiklah saya akan menaggapi pertanyaan no 1, Model pembelajaran kontekstual dan kolaboratif merupakan model
      pembelajaran yang menitik beratkan kepada pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks kehidupan siswa dan berfokus pada pembelajaran yang bermakna, dan berpusat kepada siswa (student centre) melalui kolaborasi aktif dengan siswa lainnya. selaa ini pembelajaran IPA, beberapa diantaranya hanya membelajarkan pelajaran tersebut dengan metode tradisional yang berpusat pada guru, dan didominasi oleh mencatat dan pengerjaan soal latihan. Dalam memberikan latihan atau tes, soal-soal yang diberikan masih bersifat ingatan dan pemahaman, sehingga keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa tidak berkembang. model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan adalah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis kolaboratifuntuk meningkatkamotvasi dan hasil belajar siswa. :)

      Delete
  3. Baik lah disini saya mengambil contoh pada mata pelajaran biologi yang banyak mengunakan media untuk membantu penguasaan objek.
    Pada materi sistem transportasi pada tubuh manusia.seorang guru tidak bisa hanya menggunakan buku panduan.tetapi diperlukan menampilkan gambar,bahkan gambar hidup.jadi disana bisa dilihat bagaimana proses aliran darah ke jantung.maka dari itu kita membutuh kan media elektonik yaitu komputer dan LCD untuk menayangkan gambar hidup tersebut.
    Terima kasih

    ReplyDelete
  4. Salam edukasi...
    Ketika konseptual dan kolaborasi diadakan dalam satu waktu sangat bisa dilakukan, dimana peran guru sangat di tekan kan disini... dari pemilihan materi sampai strategi dan media pembelajaran... artinya persiapan pembelajaran harus matang.

    ReplyDelete
  5. Terimakasih ulasannya pak,sebagai acuan untuk pendalaman materi..pertanyaan ketiganya sangat bagus, sependapat saya,maaf kalau kurang tepat.contohnya pada materi momentum, momentum itu berkaitan dengan massa dan kecepatan, semakin besar kecepatan dan massa maka akan semakin besar momentumnya. Skrg kita pancing siswa kita utk mengaitkan dengan peluru atau bola yg ad d khidupan mreka sehari2. Lalu stelah itu kita mnta mereka mendiskusikan dalam kelompok penerapan dr momentum. Dengan keterkaitan itu,mereka akan lbh aktf,karena mereka sehari2 melijat atau bermain dgn barang tersebut. Trimakasih...

    ReplyDelete
  6. Untuk nmor 3 mnurut saya materi adalah bhannya. Model adalah alatnya. Jdi materi akan mengikuti model pembelajaran asal guru bisa memberikan pemahaman yg baik.

    ReplyDelete
  7. Saya coba menanggapi pertanyaan pertama; Dimana kedudukan Model Kontekstual dan Model Kolaboratif dibandingkan Model lainnya?
    Model Kontekstual dan Model Kolaboratif merupakan Model Pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centered), sementara beberapa Model Pembelajaran lain yang lebih dahulu digunakan cenderung berpusat pada guru (Teachers Centered). Disini terlihat perbedaan pada peran guru dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,.

    ReplyDelete
  8. Terima kasih atas postingannya pak agung. Sy akan mencoba menjawab pertanyaan no. 2. Dmn guru memiliki peranan penting dalam memberikan inovasi sehingga siswa dapat menerima materi yang diberikan dengan tepat. Salah satu langkah yg dpt dilakukan adalah memilah siswa dng tingkat kecerdasan yaitu dipisahkan antara siswa dng kemampuan pintar, sedang dan rendah pada awal tahun ajaran. Selanjutnya guru dpt memilih metode dan model pembelajaran yg sesuai dengan kemampuan siswa. Langkah selanjutnya adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana pbm seperti membuat media audio visual maupun 4dimensi yang akan membantu siswa di usia anak SMP.
    Terima kasih

    ReplyDelete
  9. Terima kasih atas postingannya pak agung. Sy akan mencoba menjawab pertanyaan no. 2. Dmn guru memiliki peranan penting dalam memberikan inovasi sehingga siswa dapat menerima materi yang diberikan dengan tepat. Salah satu langkah yg dpt dilakukan adalah memilah siswa dng tingkat kecerdasan yaitu dipisahkan antara siswa dng kemampuan pintar, sedang dan rendah pada awal tahun ajaran. Selanjutnya guru dpt memilih metode dan model pembelajaran yg sesuai dengan kemampuan siswa. Langkah selanjutnya adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana pbm seperti membuat media audio visual maupun 4dimensi yang akan membantu siswa di usia anak SMP.
    Terima kasih

    ReplyDelete
  10. saya akan menjawab pertanyaan nomr 3. memang tidak semua materi pelajaran bisa diterapkan model-model pembelajaran. namun, tergantung situasi, kondisi dan materi, terkadang terdapat beberapa pelajaran yang bisa diterapkan model secara bersamaan. sebagai salah satu contoh, pelajaran pembelajaran mengenai struktur tumbuhan, anda bisa menggabungkan kedua model tersebut. untuk materi-materi berikutnya, mungkin bisa anda analisa kebutuhan anda sebagai seorang guru agar trcapai tujuan pembelajaran pada tatap muka tersebut.

    ReplyDelete
  11. menurut pendapat saya untuk pertanyaan no 3
    semua materi bisa digunakan dalam model pembelajaran tersebut tergantung pada gurunya saja apakah bisa membimbing siswa untuk menerapakan model pembelajaran tersebut.

    ReplyDelete
  12. Assalamualaikum wr wb, menurut saya metode kontekstual dan metode kolaboratif dapat dilaksanakan dalam pembelajaran yaitu dengan metode praktikum pada mata pelajaran biologi

    ReplyDelete
  13. artikelnya bagus. saya hanya ingin bertanya, apakah perbedaan antara pembelajaran di abad 21 dengan pembelajaran sebelum abad 21? apakah di abad 21 ini kita perlu menerapkan pembelajaran tersebut?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

ESSAY TENTANG FASILITAS BELAJAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Gambaran tentang Fasilitas Belajar Seberapa pentingnya fasilitas belajar dalam proses pembelajaran? Tidak dapat dipungkiri bahwa Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Untuk itu fasilitas belajar merupakan modal awal untuk mencerdaskan siswa dan sebagai pendorong motivasi dalam belajar. Menurut Popi Sopiatin (2010) Fasilitas belajar adalah merupakan sarana dan prasarana yang harus tersedia untuk melancarkan kegiatan pendidikan di sekolah. Sarana adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabotan yang secara langsung digunakan untuk proses pendidikan di sekolah, meliputi gedung, ruang belajar/kelas, media belajar, meja dan kursi. Sedangkan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, meliputi halaman sekolah, taman sekolah, dan jalan menuju ke sekolah. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar bermasud agar pengajaran kepada siswa dapatberjalan dengan lancar, teratur, ef...

Pendapat Tentang fasilitas belajar menentukan hasil belajar siswa?

Secara pribadi saya menyatakan bahwa pro terhadap fasilitas belajar menentukan hasil belajar siswa diawali dengan merujuk Popi Sopiatin (2010) yang menyatakan bahwa Fasilitas belajar adalah merupakan sarana dan prasarana yang harus tersedia untuk melancarkan kegiatan pendidikan di sekolah. Sarana adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabotan yang secara langsung digunakan untuk proses pendidikan di sekolah, meliputi gedung, ruang belajar/kelas, media belajar, meja dan kursi. Sedangkan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, meliputi halaman sekolah, taman sekolah, dan jalan menuju ke sekolah. Lebih luas fasilitas dpat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha yang dapat memudahkan dan melancarkan usaha ini dapat berupa benda maupun uang. Jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana (Arikunto, 2008). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fasili...

ESSAY TENTANG HOTS PADA PEMBELAJARAN ABAD 21

Pembelajaran sains pada abad 21 memiliki tujuan dengan karakteristik 4C, yaitu; Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, Creativity and Innovation . Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh lebih dari 250 peneliti dari 60 institusi dunia yang tergabung dalam ATC21S ( Assessment & Teaching of 21st Century Skills ) mengelompokkan kecakapan abad 21 dalam 4 kategori, salah satunya adalah berpikir kritis (ATC21S, 2013). Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan dalam menggunakan pikiran untuk mengekplorasi ide dalam memahami suatu permasalahan, mengambil keputusan, memecahkan masalah dan dapat mengevaluasi permasalahan pada proses berpikir sebelumnya. Sumber: http://www.leutikaprio.com/produk/10043/pendidikan/18011576/implementasi_higher_order_thinking_skills_hots_dalam_penilaian_kurikulum_2013/17128867/iis_suryatini_dan_anan_baehaqi Apabila kita tinjau dari tujuan pembelajaran 4C sangat baik jika dappat dilaksanakan dalam pembe...